^^

Bersabarlah, kau hanya sedang berada dalam fase mencintai seseorang yang salah, sehingga kau merasa terluka yang cukup melemahkanmu.

Lihat saja, ketika esok kau telah belajar dari kesalahan, kau akan menemukan fase dimana betapa baiknya Tuhan padamu, mengatur semuanya dengan sebegitu baik, ketika kau menemukan dia yang terbaik dari yang maha baik, untuk kamu yang belajar untuk menjadi lebih baik.

Selasa, 29 September 2015

KAMU TIDAK AKAN PERNAH TAHU

Malam ini, hampir semua orang Jakarta mengumpat kesal karena kecelakaan kereta di Stasiun Juanda. Kereta yang terguling hingga keluar rel itu menyebabkan kemacetan di mana-mana, menghasilkan umpatan di penjuru stasiun, dan aku ada dalam salah satu orang yang merasakan betapa Jakarta-ku tidak semenyenangkan Jogja-mu. Aku memilih untuk menaiki salah satu ojeg berbasis online untuk menuju Depok dari Stasiun Tebet menuju meeting ketiga hari ini. Mungkin, kamu tidak akan pernah tahu, di tengah semerawutnya duniaku-- aku masih punya waktu untuk merindukanmu.
Dengan sisa kekuatan yang aku punya, aku sampai di Margocity untuk melanjutkan meeting buku selanjutnya. Buku Mengais Masa Lalu segera terbit dan ada beberapa hal yang perlu dibicarakan dengan penerbitku. Pening akibat flu masih terasa begitu menusuk, aku pulang dengan menaiki taksi, dan tak lagi punya kuasa untuk menggerakan tubuhku. Di sepanjang jalan, aku mendengar suara gema takbir, yang mengingatkanku pada riuhnya suara takbir di Jogjakarta. Aku ingin pulang dan lelah dengan semuanya. Meskipun aku selalu jatuh cinta pada pekerjaanku, tapi aku pun ingin tahu rasanya jatuh cinta dan tergila-gila pada seseorang sepertimu.

Sekarang, aku terbaring lemah di ranjangku, dan hanya bisa membaca ulang percakapan kita beberapa hari yang lalu. Mungkin, kamu tidak akan pernah tahu, di tengah kelelahanku sebenarnya aku masih membutuhkanmu. Kalau boleh jujur, aku sangat ingin ditenangkan oleh percakapan kita seperti beberapa hari yang lalu. Saat kamu menanyakan apa saja yang sudah aku makan, saat kamu menasehatiku banyak hal, saat kamu membuatku semakin merindukan Jogjakarta, saat kamu bercerita tentang pekerjaanmu hari ini, saat kamu selalu berhasil membuatku tertawa, dan saat kita masih dalam keadaan baik-baik saja.

Aku tidak berkata bahwa saat ini kita tidak baik-baik saja, tapi bisakah kau menjawab apa yang terjadi di antara dua orang; yang sekarang tidak lagi saling menyapa ketika beberapa hari yang lalu mereka masih bisa tertawa dan bercanda? Aku merindukanmu, merindukan percakapan kita hingga larut malam. Aku rindu diriku yang rela menunggumu hingga kamu selesai mengedit video dan pekerjaanmu. Aku rindu melihat ponselku hanya untuk membaca semua pesanmu. Aku rindu kebahagiaan kecil yang kau berikan padaku, kebahagiaan-kebahagiaan yang bahkan sulit untuk dijelaskan dan diartikan. Aku jelas jatuh cinta, sayangnya (mungkin) kamu tidak merasakan perasaan yang sama.

Beberapa hari ini, aku menepis dan melawan keinginanku sendiri untuk tidak lagi mencari tahu tentangmu. Karena bagaimanapun aku menangis, mengeluh, bercerita di dunia maya, atau apapun itu-- tidak akan membuatmu paham dan mengerti. Ada gadis yang diam-diam mencintaimu dan kamu ikut diam seribu bahasa seakan kamu tidak bisa membaca semua tanda. Maka, aku salah dalam segala, karena tidak berani mengungkapkan perasaanku, dan semua orang tentu menyalahkanku, menyalahkan keadaan, dan menyalahkan ketololanku karena rasanya terlalu cepat jika aku jatuh cinta padamu. Lalu, apa salahnya jatuh cinta pada orang yang baru kita kenali? Apakah aku berdosa karena mencintaimu meskipun perkenalan kita hanya sebatas chat?

Kamu tidak akan pernah tahu ini semua dan tidak akan pernah tahu betapa aku lemas melihat salah satu foto Instagram-mu dengan seorang perempuan. Uh, iya, aku tahu, Sonia-mu ini terlalu sering pakai perasaan. Aku paham bahwa aku bukan tipemu, astaga perempuan sepertiku yang gampang nangis ini tidak akan pernah cocok bersanding dengan pria sekuat kamu. Tidak akan pernah dan aku sangat sadar soal itu. Apalagi berhak cemburu? Aku tahu, aku tidak punya hak, tidak punya wewenang untuk mengaturmu berfoto dengan siapapun. Yang aku tahu, aku mencintaimu, dan biarlah ini menjadi rahasiaku, dan biarlah ini menjadi perasaan yang selamanya (mungkin) tidak akan pernah kautahu.

Jadi, biarkan Sonia-mu tetap jadi perempuan yang selalu diam. Karena dari semua diam itulah yang membuat dia bisa menghasilkan banyak tulisan. Jadi, aku akan terus diam, menatapmu dari jauh, mendoakanmu dari sini. Aku akan sukses dengan ceritaku. Kamu akan sukses dengan duniamu. Dan, dunia kita tidak akan pernah bertemu di satu titik meskipun sama-sama berjalan beriringan. Aku tahu, doa kita tidak akan pernah sama, aku mendoakanmu, kamu mendoakan entah. Tapi, percayalah, dari ribuan gadis yang memujamu, akan selalu ada aku yang berharap Tuhan selalu memelukmu dengan erat, seerat rinduku yang tidak pernah habis untukmu.

Aku ingin tertidur sambil mendengarkan lagu band-mu yang teriak-teriak itu. Berharap bisa teriak bersamamu, di Jogjakarta, di pantai manapun, asal sambil menggenggam jemarimu.




                                                                                                                                   Dari Sonia-mu,

                                                                                                            yang akan selalu diam-diam;

                                                                                                                                       mencintaimu.